Terusannya..
Baru sebulan setelah kejadian paling tidak terlupakan itu, aku mulai – mencoba - menerima bahwa hidupku tidak akan sama lagi. Dan yang paling pasti. Tidak akan lagi bisa dikatakan normal. Kadang-kadang aku merasa seperti hidup di tengah-tengah antara dua dunia. Satu dunia yang masih full colour dengan orang-orang yang berjalan hilir mudik dengan dada turun naik dan wajah tersenyum cerah, sementara dunia yang satu lagi hanya ada hitam dan putih dan penuh dengan orang-orang yang berjalan hilir mudik dengan kaki beberapa senti diatas tanah dan wajah yang tidak lebih pucat dari mayat. Bisa bayangkan hari-hariku kemudian??? Belum lagi ditambah dengan satu hantu tanggunganku yang tidak pernah mau disebut sebagai hantu karena dia masih merasa bernapas. Hanya saja – dia bilang – udara terlalu panas hingga oksigen yang keluar dari hidungnya tidak nampak. Ha-Ha-Ha. Sebuah alasan yang membuatku tidak tahu harus tertawa atau justru menangis. Dan seakan itu belum cukup, Ferdy – nam...