Postingan

Menampilkan postingan dengan label cinderella

Empat

Tidak ada hal lain yang diinginkan Daniel kecuali sampai di rumah dan memastikan keadaan Sara. Ia tidak pernah meninggalkannya selama ini. Dan ia begitu khawatir. Emosinya sudah teredam. Tergantikan dengan cemas mendalam. Begitu sampai di garasi mobilnya, Daniel bergegas keluar. Ia sedikit lega karena sepeda motor Sara ada di dalam garasi juga, dan itu berarti gadis itu ada di rumah. Tapi lampu rumah masih semuanya menyala. Bahkan ruang tamu dan ruang tivi. Sa? Saraaa? Panggilnya. Jam 7 pagi dan biasanya Sara sudah pindah tidur di depan televisi. Dengan segelas milo panas. Tidak ada sahutan. Daniel segera menuju kamar Sara. Tidak terkunci. Dibukanya perlahan pintu itu. Ia menarik napas lega. Gadisnya tengah tertidur nyaman membelakanginya. Daniel tersenyum, menyenderkan tubuhnya ke kusen kayu pintu. Dibalik kemarahannya, ia tidak memungkiri rasa kangennya teramat besar pada istrinya. Ingin sekali ia memeluknya sekarang juga. Melompat ke tempat tidur dan memeluk erat Sa...

Tiga

Tidak aktifnya ponsel Sara membuat laki-laki itu panik. Tidak pernah sekalipun Sara mematikan ponselnya. Daniel keras untuk itu. Dan Sara tahu itu. Bahkan ketika mereka bertengkar ringan, tidak pernah Sara mematikan ponselnya. Mau gua cariin tiket pulang, buddy? Seakan tahu kecemasan di wajah sahabatnya, Ferdi langsung mengontak salah satu maskapai penerbangan dan memesankan satu tiket untuk Daniel. Yang malem udah habis. Jadi gua ambil yang paling subuh besok buat elu. Jam 5.45 berangkat. Daniel mengganguk. Makasih banyak, Fer. Oke, sekarang daripada lo cemas kayak gini, belum tentu juga istri lo kenapa-kenapa, ayok kita jalan. Udah 3 hari lo semedi. Sekarang saatnya turun gunung. Gua tahu tempat buat ngopi yang paling enak di sini. 

Dua

Tidak mudah memang, Sara masih berusia 17 tahun ketika Daniel memintanya untuk menikah. Dia tidak mau menunggu terlalu lama, namun bersedia menemaninya untuk melanjutkan kuliah di Jogja sembari mengambil tawaran dokter bedah di sebuah rumah sakit International di sana.  Dan sebelum Sara menyelesaikan studinya, Daniel berjanji tidak akan menyentuhnya. Untuk Daniel, ini adalah pertaruhan terbesarnya. Usianya tidak lagi dibilang muda, dan mencintai seorang gadis yang nyaris berbeda 10 tahun dengannya adalah perjuangan. Untuknya Sara adalah cinta pertama dan dia berharap menjadi istrinya hingga tua. Namun dia juga tidak mau munafik, usia muda Sara menjadikannya masih terjebak dalam kelabilan sifat. Ada keinginan untuk menjelajah dunia disana, untuk nakal, untuk bersenang-senang, menikmati hidup, mengenal banyak teman. Dan ada cinta monyet disana. Meski Daniel telah mengenal Sara sejak gadis itu masih kecil sekali dan akhirnya bersama sejak Sara masuk bangku Sekolah Menengah, j...

satu

Pukul 21.00, rumah terlihat gelap. Bahkan lampu teras pun tidak menyala. Daniel tahu Sara tidak suka gelap. Teramat tidak suka. Jadi kemungkinan terbesar dia tidak dirumah. Sara melongok ke garasi, tidak ada sedan hitam. Menghela napas, Sara memarkirkan sepeda motornya di depan pagar, di bawah lampu jalan. Berharap Daniel akan segera datang. Kepalanya sudah mulai pusing, dan udara malam terlampau dingin. Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi, mohon meninggalkan pesan setelah bunyi Beep.. Sara mengerutkan kening, apakah Daniel benar-benar marah padanya? Ini aneh sekali. Tidak pernah sebelumnya ia mematikan ponsel tanpa pemberitahuan. Dan tidak boleh. Daniel sangat keras untuk itu. Sambil mengela napas, pasrah, Sara melafalkan doa dalam hati dan pelan, memasuki rumahnya yang gelap. Sendirian. Dia beruntung, lampu seluruh rumah telah dibuat jadi satu untuk keperluan mendadak seperti ini. Jadi dari luar, Sara tinggal menekan satu tombol dan lampu-lampu beberapa ruangan langs...