Dua
Tidak mudah memang, Sara masih berusia 17 tahun ketika Daniel memintanya untuk menikah. Dia tidak mau menunggu terlalu lama, namun bersedia menemaninya untuk melanjutkan kuliah di Jogja sembari mengambil tawaran dokter bedah di sebuah rumah sakit International di sana. Dan sebelum Sara menyelesaikan studinya, Daniel berjanji tidak akan menyentuhnya.
Untuk Daniel, ini adalah pertaruhan terbesarnya. Usianya tidak lagi dibilang muda, dan mencintai seorang gadis yang nyaris berbeda 10 tahun dengannya adalah perjuangan. Untuknya Sara adalah cinta pertama dan dia berharap menjadi istrinya hingga tua. Namun dia juga tidak mau munafik, usia muda Sara menjadikannya masih terjebak dalam kelabilan sifat. Ada keinginan untuk menjelajah dunia disana, untuk nakal, untuk bersenang-senang, menikmati hidup, mengenal banyak teman. Dan ada cinta monyet disana.
Meski Daniel telah mengenal Sara sejak gadis itu masih kecil sekali dan akhirnya bersama sejak Sara masuk bangku Sekolah Menengah, jujur, Daniel masih belum meyakini sepenuhnya Sara akan terus punya perasaan yang sama padanya. Hingga akhirnya mereka pindah ke Jepang dan menjadi suami istri “beneran”.
Dan itulah yang menjadi pemicu pertengkaran mereka. Ketika Daniel tiba-tiba menjemputnya di sebuah restoran jam 11 malam dan memaksanya pulang.
Sampai di rumah, bagai kesetanan, Daniel menjabarkan semua unek-uneknya. Semua yang dirasakan dan dirahasiakannya selama tiga tahun lebih ini. Bagaimana ia begitu depresi menyaksikan Sara jarang di rumah, selalu pergi dengan teman-temannya. Khususnya dengan teman-teman laki-laki. Sedikitnya waktu yang bisa mereka habiskan bersama karena selalu saja ada kegiatan Sara di kampus. Bagaimana ia menahan cemburu buta setiap Sara menceritakan teman-teman lelakinya di kampus, ketika mereka datang ke rumah. Dan sebagainya. Puncaknya ia menggebrak sebuah kursi kayu di sebelahnya dan berteriak menggelegar. Hingga akhirnya Daniel diam. Terengah-engah.
Sara terhenyak. Mulutnya seperti terkunci tiba-tiba.Tubuhnya kaku. Perasaan takut menjalari tubuhnya. Takut dan terkesima. Daniel bisa begitu lepas kendali di depannya. Ini bukan seperti Daniel yang ia kenal selama hampir separuh hidupnya.
Komentar
Posting Komentar