penonton

seperti halnya sebuah pertunjukan opera sabun, hidup juga layaknya sebuah panggung besar dengan beribu episode yang tidak pernah selesai kecuali pemainnya tewas, dalam satu kerangka judul : HIDUP.

dalam setiap episode, selalu harus ada poin-poin utama yang harus dipenuhi: pemain, sutradara, dan penonton.

sebagai sutradara dan produser merangkap penonton, Tuhan sudah menjalankan tugasnya dengan baik sekali. hingga terciptalah cerita di dalam cerita. sinetron di dalam sinetron.

setiap pemain mendapatkan peran rangkap setiap harinya. satu menit mereka bisa menjadi protagonis, di menit lainnya lanjut antagonis, di skenarion berikutnya bisa saja hanya menjadi figuran.

setiap manusia, saya yakin mendapat perannya masing-masing. di dalam episodenya masing-masing. dan setiap manusia akan melakoni setiap peran. tidak ada - saya yakin - manusia yang konsisten menikmati satu perannya saja. menjadi hanya orang baik, menjadi hanya orang jahat, atau menjadi hanya figuran.

saya? oho! saya begitu menikmati skenario pertunjukkan saya. setiap episodenya saya mendapatkan peran yang menantang. saya bisa menjadi orang yang begitu baik, kadang begitu episode berubah saya juga bisa menjadi sekejam Mou - tokoh antagonis dalam anime Jepang - yang menjajal kebaikan hati orang-orang.

tapi dari sekian banyak peran yang harus saya mainkan dan jalankan, selalu satu peran terakhir dan dominan yang saya paling sukai. menjadi penonton. cukup duduk di samping Tuhan, dengan sekotak besar penuh popcorn dan segelas besar kertas penuh limun dingin, saya duduk di bangku paling belakang. gelap dan tidak terlihat. menikmati pertunjukkan opera sabun yang di buat oleh sutradara terhebat di jagat raya ini.

menjadi penonton langganan yang punya tempat duduk langganan dan tidak bisa diganggu gugat.

kadang saya hanya menonton sendiri. tertawa sendiri. ikut menangis haru saat pemain yang saya sukai tiba-tiba harus terluka karena skenario yang dimainkannya. atau kadang juga jadi ikut marah-marah dan mengumpat dari kursi nyari melempar popcorn tapi sayang harganya mahal.

begitu banyak skenario yang menyenangkan untuk ditonton. bagaimana para pemain saling berebutan jabatan, bagaimana sebuah uang menjadi lebih berharga daripada berhalan, bagaimana seekor singa kadang jauh lebih manusiawi dibandingkan manusia itu sendiri yang jadi lebih hewani, bahkan lebih!

dan saya, hanya perlu duduk manis menonton. menyaksikan. betapa pertunjukkan hidup selalu memberikan saya peran sebagai penonton setia yang bisa bertepuk tangan paling keras, tertawa paling lebar, mengangis haru paling deras, menyaksikan pemain-pemain itu menyelesaikan sketsnya hidupnya dengan nilai diatas rata-rata!

hmm.. kursi saya selalu panas. tapi saya tidak pernah berniat meninggalkannya.

begitu nyaman, cukup nonton. dan betapa saya nyaman di kursi gelap saya*

*supernova, petir.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

selamat berkurang umur

Roti Goreng Isi Coklat