(tepat) waktu?
Seminggu lebih yang lalu saya menjahitkan baju saya di sebuah binatu kecil pinggir jalan. tidak ada alasan khusus terkait pemilihan binatu mau yang mana, yang murah, yang dekat, yang bagus. alasan saya kesana karena partner saya sudah pernah kesana, daripada harus cari-cari yang lain dan hitung kancing?
saya menjahit sebuah long dress sedengkul dengan kain dari Realia, kain untuk seragam. kata ibunya seminggu sudah akan selesai dan saya setuju. seminggu waktu yang cocok, saya pikir.
seminggu kemudian lebih sehari, saya datang dan ibunya bilang, "wah, belom jadi, mbak. kemaren bilangnya ora kesusu, kan to? (enggak keburu-buru)"
akhirnya ibunya menjanjikan hari selasa depan.
Oke, masalahnya adalah : enggak keburu-buru bukan berarti enggak tepat waktu kan? bukan berarti enggak dikerjain kan? ini sebenernya masalah tradisi orang Jawa yang sangat "toleransi" atau memang orang Indonesia punya masalah dengan waktu?
kalau sifat seperti ini dipertahanin dan dihadapkan dengan perkembangan global, modernitas dan kecepatan perubahan, jelas saja banyak orang Indonesia yang tidak mampu berhasil. tidak mampu bersaing dengan gaya hidup luar negeri. dengan ketepatan waktu dan kedisiplinan serta komitmen dan konsistensi.
ini bukan masalah sentimentil atau tersinggung dan akhirnya mangkel karena baju saya belum selesai. tapi alasan yang dipakai yang bikin saya jadi senewen sendiri.
kalo alasan yang dipakai seperti : "lagi banyak jahitan, mbak. maaf" itu masih amat sangat bisa ditolerir. dan sikap toleransi bisa banget diterapkan.
tapi ini loooohhh... alasannya... enggak masuk akal banget!
kalau di dalam pekerjaan saya, tepat waktu juga menjadi salah satu kegiatan yang bisa dikategorikan sebagai budaya orang Indonesia. sayangnya, bukan budaya tepat waktu, tapi budaya tidak tepat waktu.
ada beberapa murid yang sangat terganggu dengan kebiasaan tersebut. kenapa kalau orang Indonesia bilang : "kumpul jam 9 yaaa..." artinya bisa bermacam-macam, diantaranya: 1). berangkat dari rumah jam 9, atau 2). kumpul 1 jam setelahnya.
padahal, kebiasaan tepat waktu bisa menjadi pencerminan tersendiri yang sifatnya sangat krusial bagi individu. dengan kebiasaan tepat waktu maka sama saja bahwa individu tersebut menghargai orang lain, disiplin, konsisten, dan komitmen pada janji. individu yang tidak tepat waktu artinya tidak menghargai janji yang sudah dibuat yang juga menjurus pada tidak menghargai orang lain, tidak berkomitmen pada kegiatan.
salah satu alasan yang biasanya kami kemukakan untuk setidaknya menghaluskan perilaku ini di mata para orang asing adalah bahwa orang Indonesia sangat toleransi. orang Indonesia mentoleransi dan percaya bahwa tidak ada hal yang mustahil di dunia ini, yakni adanya urusan mendadak yang mengakibatkan keterlambatan. sehingga, orang Indonesia tidak mempermasalahkan keterlambatan dan karena itu menjadi terbiasa terlambat.
tapi itu bukan berarti kebiasaan ini harus terus dilakukan.
kebiasaan untuk tepat waktu adalah hal yang penting. itu kalau kita mau dihargai oleh orang lain. selain itu, seringnya terlambat akan merugikan diri sendiri juga kog, kita kehilangan beberapa poin penting yang sudah dibicarakan lebih dulu sebelum kita datang.
untuk kasus ibu penjahit, kalau selasa tidak juga jadi, bajunya saya ambil trus pindah penjahit aja deh.
saya menjahit sebuah long dress sedengkul dengan kain dari Realia, kain untuk seragam. kata ibunya seminggu sudah akan selesai dan saya setuju. seminggu waktu yang cocok, saya pikir.
seminggu kemudian lebih sehari, saya datang dan ibunya bilang, "wah, belom jadi, mbak. kemaren bilangnya ora kesusu, kan to? (enggak keburu-buru)"
akhirnya ibunya menjanjikan hari selasa depan.
Oke, masalahnya adalah : enggak keburu-buru bukan berarti enggak tepat waktu kan? bukan berarti enggak dikerjain kan? ini sebenernya masalah tradisi orang Jawa yang sangat "toleransi" atau memang orang Indonesia punya masalah dengan waktu?
kalau sifat seperti ini dipertahanin dan dihadapkan dengan perkembangan global, modernitas dan kecepatan perubahan, jelas saja banyak orang Indonesia yang tidak mampu berhasil. tidak mampu bersaing dengan gaya hidup luar negeri. dengan ketepatan waktu dan kedisiplinan serta komitmen dan konsistensi.
ini bukan masalah sentimentil atau tersinggung dan akhirnya mangkel karena baju saya belum selesai. tapi alasan yang dipakai yang bikin saya jadi senewen sendiri.
kalo alasan yang dipakai seperti : "lagi banyak jahitan, mbak. maaf" itu masih amat sangat bisa ditolerir. dan sikap toleransi bisa banget diterapkan.
tapi ini loooohhh... alasannya... enggak masuk akal banget!
kalau di dalam pekerjaan saya, tepat waktu juga menjadi salah satu kegiatan yang bisa dikategorikan sebagai budaya orang Indonesia. sayangnya, bukan budaya tepat waktu, tapi budaya tidak tepat waktu.
ada beberapa murid yang sangat terganggu dengan kebiasaan tersebut. kenapa kalau orang Indonesia bilang : "kumpul jam 9 yaaa..." artinya bisa bermacam-macam, diantaranya: 1). berangkat dari rumah jam 9, atau 2). kumpul 1 jam setelahnya.
padahal, kebiasaan tepat waktu bisa menjadi pencerminan tersendiri yang sifatnya sangat krusial bagi individu. dengan kebiasaan tepat waktu maka sama saja bahwa individu tersebut menghargai orang lain, disiplin, konsisten, dan komitmen pada janji. individu yang tidak tepat waktu artinya tidak menghargai janji yang sudah dibuat yang juga menjurus pada tidak menghargai orang lain, tidak berkomitmen pada kegiatan.
salah satu alasan yang biasanya kami kemukakan untuk setidaknya menghaluskan perilaku ini di mata para orang asing adalah bahwa orang Indonesia sangat toleransi. orang Indonesia mentoleransi dan percaya bahwa tidak ada hal yang mustahil di dunia ini, yakni adanya urusan mendadak yang mengakibatkan keterlambatan. sehingga, orang Indonesia tidak mempermasalahkan keterlambatan dan karena itu menjadi terbiasa terlambat.
tapi itu bukan berarti kebiasaan ini harus terus dilakukan.
kebiasaan untuk tepat waktu adalah hal yang penting. itu kalau kita mau dihargai oleh orang lain. selain itu, seringnya terlambat akan merugikan diri sendiri juga kog, kita kehilangan beberapa poin penting yang sudah dibicarakan lebih dulu sebelum kita datang.
untuk kasus ibu penjahit, kalau selasa tidak juga jadi, bajunya saya ambil trus pindah penjahit aja deh.
Komentar
Posting Komentar