Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2012

dia-yang-menjadi-bayang-bayang

Gambar
jarang sekali saya bersedia bicara tentang laki-laki. apalagi tentang dia. karena sekali terucap kata dia, dan bagai sebuah arus air bah, seluruh kalimat, cerita, curhatan, dan isi hati bisa keluar tanpa bisa di rem. seperti banjir bandang yang merusak dan tidak perduli siapapun yang mendengar dan pasang badan, cerita akan terus berlari hingga berhenti pada satu titik yang juga ngambang. merusak dan mengambang. menyisakan cerita yang tidak selesai. cerita yang belum selesai. seperti sekarang. ketika saya memutuskan untuk mulai bercerita tentang cerita yang belum selesai, untuk saya. cerita tentang dia, yang selama ini menjadi bayang-bayang saya, yang menjadi tanda kurung atau koma, yang saya simbolkan dengan angin. kenapa angin? angin selalu bisa dirasakan. dimanapun saya berada. pagi, siang, malam, sore, hujan, panas, dingin, kering, salju, apapun kondisinya. dengan siapapun saya sedang bersama. saya selalu merasakan angin. kadang mengelus mesra tubuh, kadang menyentil per

JARAK: menjauhkan yang dekat, mendekatkan yang jauh

Gambar
teman. dulu ini adalah kosa kata sakral yang saya agung-agungkan setiap hari. apapun saya lakukan untuk semua yang mau jadi teman saya, dekata ataupun hampir dekat. mungkin karena dulu saya terlalu introvert. sulit terbuka dengan orang lain. jadinya sulit dapet teman. jadinya seneng banget begitu ada yang mau berteman. tapi sejak dikecewakan dan gara-gara omongan ibu saya juga : kalau temenan jangan terlalu deket, nanti kecewa sendiri lho kalau tiba-tiba ditinggalin . saya merubah makna teman. ada beberapa orang yang panggil dan anggap sebagai sahabat dulu. dan semuanya bubar jalan dalam sepengehitungan tahun. ketika ada jarak. banyak waktu terbuang tidak bersama. dan keabsenan masing-masing karena kesibukan. dan mereka tidak lagi menjadi sahabat. mereka menghilang. dan bahkan sekarang rasanya aneh bahkan hanya untuk berdiri disebelah mereka dan bicara apapun. sekarang, sejak saya menghabiskan waktu saya di dua tempat yang berbeda, saya merasa hidup di dalam dua dunia yang

Terusannya..

Baru sebulan setelah kejadian paling tidak terlupakan itu, aku mulai – mencoba - menerima bahwa hidupku tidak akan sama lagi. Dan yang paling pasti. Tidak akan lagi bisa dikatakan normal. Kadang-kadang aku merasa seperti hidup di tengah-tengah antara dua dunia. Satu dunia yang masih full colour dengan orang-orang yang berjalan hilir mudik dengan dada turun naik dan wajah tersenyum cerah, sementara dunia yang satu lagi hanya ada hitam dan putih dan penuh dengan orang-orang yang berjalan hilir mudik dengan kaki beberapa senti diatas tanah dan wajah yang tidak lebih pucat dari mayat. Bisa bayangkan hari-hariku kemudian??? Belum lagi ditambah dengan satu hantu tanggunganku yang tidak pernah mau disebut sebagai hantu karena dia masih merasa bernapas. Hanya saja – dia bilang – udara terlalu panas hingga oksigen yang keluar dari hidungnya tidak nampak. Ha-Ha-Ha. Sebuah alasan yang membuatku tidak tahu harus tertawa atau justru menangis. Dan seakan itu belum cukup, Ferdy – nam

Part 2. warisan kakek

Well, aku adalah gadis normal – saat itu – dari keluarga baik-baik, dengan kakak yang baik sekali dan orangtua yang – yah, semoga saja, amien – baik-baik saja di alam sana. Tapi kenapa tiba-tiba kakek harus menghancurkannya??? Dengan hal yang gila pula. Bahasa yang lebih rasional di terima akal. Jujur, saat itu aku termasuk anak yang sama sekali tidak percaya dengan hal-hal klenik semacamnya. Apalagi hantu, setan, demit dan sejenisnya. Aku anak paling berani dalam keluargaku. Kakakku bilang, aku dilahirkan tengah hari bolong. Tepat jam 12 siang. Karenanya aku tidak takut pada hal-hal seperti itu. Namun, semuanya berubah begitu kakek meninggal. Bila kebanyakan orang diwariskan harta benda, rumah, tanah, saham, mobil, perhiasan, de el el. Tapi kakek lain. Beliau telah menyiapkan satu warisan besar untukku. Cucu perempuan satu-satunya yang paling bengal dan tidak percaya setan. Sebelum beliau menghembuskan nafas terakhirnya, kakek meminta berbicara empat mata denganku di kam

Part 1. awalannya..

Awalannya... BRAKKK!!! Kubanting pintu kamar mandi tepat di depan hidung peseknya. Sekali lagi kamu berani masuk, bener-bener aku pulangin ke akhirat sana!!! Aku berteriak. Cukup sudah. Memangnya siapa dia? Dia pikir karena dia transparan terus bisa seenaknya ngintip aku mandi? Apa hantu terbebas dari tata krama? Apa setan tidak punya nilai dan norma? Maaf, Ran. Kelabasan. Kan, lo tau gua enggak punya rem. Jelas sekali kalimat itu asal diucapkan. Karena ketika aku membuka pintu dengan seember gayung ditangan, wajahnya putih pucatnya langsung maju dengan semangat. Boleh masuk? RANDIIIIIIII!!!!!!! Jeritku dengan volume suara maksimal. Eehh... iya, Ran. Iya, gua pergi. Gua pergiiii. Dan tubuh transparan itu pun melayang menembus tembok kamarku. Dasar hantu mesum. Sungutku jengkel. Kalau terus-terusan seperti ini, lama-lama aku bisa menendang jauh-jauh ikrarku pada kakek yang teramat sakral. Persetan tugas mulia! Benar-benar bikin mangkel. Kenapa juga aku harus dikutuk p

diary

enggak sengaja tadi siang saya bongkar-bongkar tumpukan buku dan komik di kamar bekas gudang. salah satu ritual atau kebiasaan saya setiap pulang ke rumah. dari tumpukan itu, saya menemukan dua buku yang dulunya saya pakai jadi diari, sejak kelas 1 SMP. lucu banget bagaimana saya tahu kalau sedari dulu saya sudah suka dan rajin sekali menulis. bahkan hampir setiap hari selama sekolah saya terus menulis. mulai dari kegiatan gak penting, semi penting, sampai yang paling penting(dulunya). tapi sedikit miris begitu saya tahu bahwa sedari saya sekecil itu, masih ingusan kalo kata orang-orang tua, saya lebih banyak bicara tentang cinta. banyak sekali kata-kata 'suka' yang saya tuliskan dan ceritakan. saya suka inilah, saya suka itulah, saya suka yang ini, dia, dan lain-lain. bagaimana sejak dulu saya sudah terjebak pada permainan perasaan. saya masih kecil dan ingusan. tapi saya bahkan bisa berpikir untuk menyukai seorang laki-laki yang adalah kakak kelas, teman sekelas, teman

susahnya seleksi kerja (pengalaman)

beberapa hari yang lalu, saya iseng-iseng buka internet dan searching lowongan pekerjaan. tiba-tiba ada iklan lowongan pekerjaan di salah satu maskapai penerbangan paling prestisius di Indonesia, dan tiba-tiba juga tangan saya tergerak buat daftar. dan dalam waktu 15 menit, saya sudah isi resume dan resmi apply. enggak ada harapan sama sekali karena memang cuman iseng. belum lagi saya sudah mati-matian menolak pekerjaan sebagai pramugari sejak kakak saya bekerja sebagai itu. tanpa disangka, besok paginya langsung saya dibangunkan oleh dering sms, yang isi singkatnya meminta saya untuk hadir dalam seleksi awal di Jakarta. JGEEERR..!! benar-benar melongo dan bikin kantuk saya hilang seketika. yang saya lakukan pertama kali kemudian telpon partner saya, dia juga sama syoknya sama saya, yang kedua telpon ibu saya, yang diketawain habis-habisa. entah ketawa ndukung apa ketawa ngejek enggak rela. tapi yang pasti, saya pasti berangkat ke Jakarta hari Sabtu pagi dengan penerbangan pa

jobless

i had run for almost a year to finish my study and graduate on November this year. i had written along day and night till i lost my weight extremely. i had caught my lecturer every day only to make sure that she had read and commented on my writings. and finally i had my final test in the beginning of October so that i could prepare everything that i need to fill the requirement of the graduation program. now i am here. sitting on my desk. staring on to my laptop searching for a job. i am officially jobless. the feeling even sucker than being a final level college student.

Indonesia (me)tumpah(kan) darah (ku)

mereka yang membunuh mereka yang menganiyaya mereka yang melukai mereka yang membakar mereka yang merusak mereka yang mengangkat senjata tinggi-tinggi seraya berseru: HANCURKAN! SERANG! SERBU! masihkah kalian punya hati? masihkah kalian punya perasaan? masihkah kalian punya pikiran? masihkah kalian punya keluarga? masihkah kalian punya air mata? masihkah kalian punya kulit yang juga bisa terluka? masihkah kalian punya jantung yang bisa berhenti berdetak seketika? masihkah kalian punya tangis dan jerit kesakitan? masihkah kalian manusia? Indonesia kembali berduka, negaraku. Lampung menangis, kota kelahiranku.