Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2014
Halo november.. I quit yah See you next time.. dadah :)

semesta berkuasa

Ketika kau jatuh, tak ada yang perlu ditangisi, apalagi menyalahkan katak yang gagal kau tangkap. Karena semesta mengajarkan mu harumnya bau tanah dan kerasnya aspal. Ketika kau naik, tak ada yang perlu dibanggakan. Ada orang yang kau injak, atau sesuatu yang kau ludahi. Semoga tidak ada yang sakit atau tidak rela dan mendoakanmu. Semesta mengajarkan untuk terus menunduk. Tak ada yang lebih tinggi. Selama kau masih manusia. Ketika kau sakit, tak ada yang perlu kau sesali. Baik itu mantan, teman tusuk belakang, bos, apalagi alam. Semesta mengajakmu istirahat dan berpikir positif. Tidak ada yang sia-sia. Selama langkah dan niatmu baik. Atau ketika kau lelah setelah seharian bekerja. Dari pagi sampai malam. Saat sebagian orang lain istirahat hati, tenaga, dan pikiran. Dan yang membuatmu tetap bertahan adalah sebenuk waktu tak seberapa yang menunggumu malamnya. Dan yang kau dapat ternyata bulan sabit. Menghadapmu penuh amarah. Tak ada yang perlu membuatmu kecewa. Semesta mengajarka

halo november

Bulan ini saya mulai dengan penolakan. 2 kali dalam satu hari. Yang berujung pada migren dua hari berturut-turut dan sakit kepala setiap pagi saya bangun tidur. Sampai hari ini. Kata ibu itu hanya masalah kebiasaan. Saya belum terbiasa ditolak. Apalagi dengan ekspektasi tinggi. Harapan melambung tinggi. Fantasi gila. Jadi begitu pada akhirnya saya gagal, rasanya seperti disambar petir tengah hari. Atau dijatuhkan dari lantai 2. Rasanya tidak sakit. Tapi mendung ini tidak juga mau pergi. Yang hasilnya, mood saya berantakan berhari-hari. Ironi. Manakala niat awal iseng, harus berakhir tertimpa tangga. Selalu begitu. Tapi bulan ini bahkan baru berjalan 6 hari. Dan tiba-tiba pekerjaan saya seperti tidak ada habisnya. Selalu ada tanggungan setiap weekend. Mungkin itu caraNya menghibur saya. dengan menyibukkan, berharap saya lupa. Tiba-tiba. Setiap malam saya tidur cepat. Tidak ada hal menarik yang membuat saya rela buka mata lebih lama. Seakan dunia setelah gelap, lebih indah. Leb

hanyut

Mendung itu tak jua pergi. Masih menggelantung basah di pojokan jendela. Jatuh segan hinggap tak niat. Menyisakan dingin dan perih di sudut-sudut ruangan. Meski berselimut tebal, tusukan menyeri tiap kutambahkan sehelai penghangat. Hingga bertumpuklah mereka memelukku. Mendung itu tak kunjung pergi. Tetap betah menemani. Meski telah berlalu berhari-hari. Dalam isak, ia berbisik rindu.