I love you more than I can say, I can write ♥♥♥

9 mei 2014, mbak saya satu-satunya akhirnya menikah. Meskipun melalui serangkaian proses yang rumit dengan emois dan linangan air mata, tapi akhirnya ia menikah dan resmi menjadi Mrs. Soh.

Rasanya cepat sekali. Seperti roller coaster yang berpacu selama kurang lebih 5 menit tapi berasa kurang dari semenit. Tapi dampaknya langsung keliatan. Rambut berantakan, perut mual, dada sakit dan bibir capek teriak.

Masih ingat sekali bagaimana seringnya saya bertengkar dengan mbak saya itu. Dari pukul-pukulan guling, mogok tidur bareng, sampai gak mau dianterin ke sekolah. Tapi ujung-ujungnya tetap diboncengin mbak. Sambil nangis. Alasannya sederhana, saya jealous mbak dibelikan sepatu baru, sementara saya enggak. :D

Tapi seingat saya, sedari dulu, memang hanya ia idola tunggal saya. Saya secret admirer sejatinya. Sampai sekarang. Apa-apa maunya samaan. Dari mulai baju, sepatu, hobi, cita-cita, boyband idola, sekolah dan lain-lainnya. Hanya aja kadang suka kelewat gengsi untuk mengakui, jadinya cari yang mirip-mirip aja.

Tapi karena terlalu ngoyonya saya ingin jadi seperti dia, jadi merasa desperate sekali sewaktu tidak bisa menggapai yang dia dapatkan. Seperti saya gagal juara satu lomba cerdas cermat di SD sementara ia meraih juara satu, kemudian juga saya gagal masuk SMPN 2 seperti dia yang notebenenya SMP unggulan. Dan gegara tinggal di komplek sedari lahir, hukuman sosial itu lebih berat dari apa yang dibayangkan ternyata. Jadi bahan pembicaraan tetangga selama berbulan-bulan. Hiks. Kejamnya… tapi syukurlah saya bisa membuktikan saya bisa masuk SMAN 2 seperti dia dan secara tidak langsung menghentikan pembicaraan di antara tetangga yang terlalu ribet ngurusin urusan orang lain. contohnya urusan tiap anak-anak dari tiap-tiap keluarga di dalam komplek. Geeezzz.. mereka menciptakan persaingan yang akhirnya malah membuat tiap anak makin depresi karena terus menerus dibandingkan.

Kemudian saya gagal lagi masuk jurusan IPA, as my parents and sister wished. That’s worst! Apalagi (lagi-lagi) lingkungan keluarga dan tetangga masih meremehkan sekali jurusan yang satu itu. “mau kerja apa kalau masuk jurusan IPS?” but once again, saya bisa masuk UGM lewat tes UM dengan uang masuk terendah gara-gara ada di jurusan itu.

Okay, enough for the differences.

Dari kecil memang saya akui saya enggak deket sama mbak saya. Entah mungkin karena memang kami terlampau berbeda. Mbak saya pendiam dan lembut. Sementara saya juga pendiam namun pemberontak, keras. Sukanya cari masalah. Yap, sejak dulu saya sering kali jahilin mbak saya. Entah itu bikn dia sebel, bikin saya dimarahin ibu sama bapak. Mungkin itu yang bikin mbak saya jadi males deket-deket adeknya yang nyebelin ini. Hingga akhirnya, mbak saya dapet beasiswa di Singapore 3 bulan setelah dia masuk di SMAN 2. Dan semakin jauhlah kami.

Kalau saya ingat-ingat kami baru mulai sesi curhat-curhatan sejak saya kuliah di Jogja. Curhat-curhatan soal cowok, soal kehidupan dia dan saya. Tapi itupun enggak lama. Mungkin hanya sekitar 2 tahunan, dan hubungan jadi garing lagi. Kirim text messages sesekali, telpon sesekali, ketemu dua tahun sekali. Mungkin itu yang bikin hubungan jadi jauh sekali. Jauuuuuuh sekali.

Sampai akhirnya mbak saya menikah. Dan kembali ke Singapore. Dan saya sedih. Bahkan ketika mbak saya mau menikah, hubungan kami masih sebatas adek-kakak-jarang ngomong. Mau mulai obrolan juga sudah terlampu aneh.

Anyway, Happy Wedding for my only one sister. I love you more than I can write and say.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

selamat berkurang umur

Roti Goreng Isi Coklat