perpisahan
entah berapa kepergian yang saya lalui dengan tetap bekerja, melanjutkan apa yang detik itu sedang saya lakukan. sambil dengan berusaha keras menahan gemuruh di hati dan lautan air mata yang mendobrak ingin keluar.
entah berapa perpisahan yang tidak mampu saya datangi langsung. untuk sekedar berdoa di pinggir peristirahatan terakhir mereka. berbagi tangis dan kesedihan bersama para saudara. mengenang kebaikan dan momen yang tidak akan kembali terulang selamanya.
ya, saya sedih. mengakui itu bagian dari hidup saya sekarang. resiko anak perantauan yang memilih bekerja dan hidup jauh dari lingkaran keluarga, dari kampung halaman. yang perlu lebih dari satu jam untuk berlari pulang begitu berita itu dikabarkan.
ya, saya menyesal. mengakui saya tidak pernah mampu menjadi sandaran, meminjamkan bahu dan memberikan pelukan menenangkan kepada orang-orang tersayang saya, yang hati jauh lebih hancur berkeping-keping.
sejujurnya saya tidak punya hak untuk bilang saya paling sedih, karena kehadiran saya tidak intens di sekeliling mereka. meski cinta dan sayang saya juga patut diperhitungkan.
entah berapa kesempatan yang saya lalui dengan meringkuk di kamar dan menyesali semuanya. beribu seandainya yang hanya berputar di kepala.
hingga pada akhirnya hanya doa yang bisa saya lantukan dalam hati. doa pengantar perjalanan baru untuk orang-orang terkasih. semoga mereka mendapat tempat terbaik dan sesuai dengan amal-amal ibadahnya.
selamat jalan, Mbah Putri. beristirahatlah dengan tenang di sisi-Nya.
22 September 2016
entah berapa perpisahan yang tidak mampu saya datangi langsung. untuk sekedar berdoa di pinggir peristirahatan terakhir mereka. berbagi tangis dan kesedihan bersama para saudara. mengenang kebaikan dan momen yang tidak akan kembali terulang selamanya.
ya, saya sedih. mengakui itu bagian dari hidup saya sekarang. resiko anak perantauan yang memilih bekerja dan hidup jauh dari lingkaran keluarga, dari kampung halaman. yang perlu lebih dari satu jam untuk berlari pulang begitu berita itu dikabarkan.
ya, saya menyesal. mengakui saya tidak pernah mampu menjadi sandaran, meminjamkan bahu dan memberikan pelukan menenangkan kepada orang-orang tersayang saya, yang hati jauh lebih hancur berkeping-keping.
sejujurnya saya tidak punya hak untuk bilang saya paling sedih, karena kehadiran saya tidak intens di sekeliling mereka. meski cinta dan sayang saya juga patut diperhitungkan.
entah berapa kesempatan yang saya lalui dengan meringkuk di kamar dan menyesali semuanya. beribu seandainya yang hanya berputar di kepala.
hingga pada akhirnya hanya doa yang bisa saya lantukan dalam hati. doa pengantar perjalanan baru untuk orang-orang terkasih. semoga mereka mendapat tempat terbaik dan sesuai dengan amal-amal ibadahnya.
selamat jalan, Mbah Putri. beristirahatlah dengan tenang di sisi-Nya.
22 September 2016
Komentar
Posting Komentar