Empat

Tidak ada hal lain yang diinginkan Daniel kecuali sampai di rumah dan memastikan keadaan Sara. Ia tidak pernah meninggalkannya selama ini. Dan ia begitu khawatir. Emosinya sudah teredam. Tergantikan dengan cemas mendalam.

Begitu sampai di garasi mobilnya, Daniel bergegas keluar. Ia sedikit lega karena sepeda motor Sara ada di dalam garasi juga, dan itu berarti gadis itu ada di rumah. Tapi lampu rumah masih semuanya menyala. Bahkan ruang tamu dan ruang tivi.

Sa? Saraaa? Panggilnya. Jam 7 pagi dan biasanya Sara sudah pindah tidur di depan televisi. Dengan segelas milo panas.

Tidak ada sahutan. Daniel segera menuju kamar Sara. Tidak terkunci. Dibukanya perlahan pintu itu.

Ia menarik napas lega. Gadisnya tengah tertidur nyaman membelakanginya. Daniel tersenyum, menyenderkan tubuhnya ke kusen kayu pintu. Dibalik kemarahannya, ia tidak memungkiri rasa kangennya teramat besar pada istrinya. Ingin sekali ia memeluknya sekarang juga. Melompat ke tempat tidur dan memeluk erat Sara dari belakang.

Tapi tidak, ia tidak mau membangunkan Sara. Biarlah ia bangun sendiri. Dan sebuah rencana indah telah disiapkan Daniel untuk berbaikan dengan Sara.


Ia kembali ke kamarnya. Membersihkan diri dan memejamkan mata sejenak. Sejak kemarin, ia tidak bisa tidur sama sekali. Pikirannya hanya terpusat pada Sara. Sara dan hanya Sara.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

selamat berkurang umur

Roti Goreng Isi Coklat