Part 2. warisan kakek

Well, aku adalah gadis normal – saat itu – dari keluarga baik-baik, dengan kakak yang baik sekali dan orangtua yang – yah, semoga saja, amien – baik-baik saja di alam sana. Tapi kenapa tiba-tiba kakek harus menghancurkannya??? Dengan hal yang gila pula. Bahasa yang lebih rasional di terima akal.
Jujur, saat itu aku termasuk anak yang sama sekali tidak percaya dengan hal-hal klenik semacamnya. Apalagi hantu, setan, demit dan sejenisnya. Aku anak paling berani dalam keluargaku. Kakakku bilang, aku dilahirkan tengah hari bolong. Tepat jam 12 siang. Karenanya aku tidak takut pada hal-hal seperti itu.
Namun, semuanya berubah begitu kakek meninggal. Bila kebanyakan orang diwariskan harta benda, rumah, tanah, saham, mobil, perhiasan, de el el. Tapi kakek lain. Beliau telah menyiapkan satu warisan besar untukku. Cucu perempuan satu-satunya yang paling bengal dan tidak percaya setan.
Sebelum beliau menghembuskan nafas terakhirnya, kakek meminta berbicara empat mata denganku di kamarnya. Hanya ada aku yang berdiri diam di sampingnya, dan kakek yang berbaring di ranjangnya. Aku tidak sedih. Bukan itu yang merisaukanku. Tapi cara kakek memandangku. Begitu lembut tapi juga bikin penasaran. Belum pernah sekalipun kakek menganggapku sebagai cucu spesialnya. Karena itu, ini sangat aneh bila kakek berniat menghabiskan detik-detik terakhir hidupnya, denganku.
Rani –
Aku mendekat.
Kakek ingin kau melakukan sesuatu –
Aku mencium sesuatu yang aneh.
A – apa, kek? Tanyaku pelan.
Kakek diam. Kemudian ia mengulurkan tangannya yang kurus dan putih. Kulitnya sudah penuh dengan kerutan-kerutan akibat usia yang mencapai satu abad. Berjabat tangan? Disaat seperti ini? Keningku ikut bertaut. Tapi aku menyambut juga tangan yang ringkih itu. Dan saat itulah aku merasakannya. seperti seember air es disiramkan dari mulai puncak kepalaku. Kontan aku menggigil. Tangan kakek melemas. Aku tahu kakek telah pergi. Dan dia telah memberikan – entah apa - padaku.
Kakek?
Aku berbisik di telinganya. Dia benar-benar telah pergi.
Hei, makasih udah mau gantiin kakek lo jagain gua.
Satu suara berat tiba-tiba berseru tepat di sebelah telingaku. Dan begitu aku menoleh, seorang laki-laki dengan wajah seputih kertas dan... transparan tengah menatapku. Tersenyum penuh arti. Dan hal terakhir yang kuingat adalah aku menjerit sekuat-kuatnya lalu ambruk ke lantai.
Satu jam kemudian aku baru siuman. Dan butuh waktu satu hari buat meyakinkanku bahwa aku tidak sedang berada di alam baka – menemani kakek. Karena pada saat itu juga, aku bisa melihat bagitu banyak makhluk transparan dan berwajah pucat berdiri di sekeliling dinding kamarku. Dandanan mereka terlihat begitu.... yah, bisa dibilang kuno. Dengan sikap santun dan hormat. Dan begitu aku sudah bisa sedikit tenang dan berjanji tidak akan berteriak, kedua kakak kembarku melepaskan tangan mereka dari mulutku.
Okay, sekarang kalian beritahu aku. Kalau aku tidak sedang mengantar kakek menuju surga, apa aku sedang bermimpi? Dan kalian dengan seenaknya masuk ke dalam mimpiku?
Kedua kakak kembarku menghela napas. Keduanya saling pandang dan terlihat cemas.
Kamu ada di rumah, di kamarmu sendiri. Jelas?
Aku menggeleng.
Tidak mungkin. Karena yang aku tahu, rumahku tidak memiliki pembantu sebanyak ini. Rumah kita maksudku.
Aku mengedarkan pandang ke sekeliling kamarku.
Pembantu?? Siapa yang kau sebut pemantu gadis kecil? Kami ini leluhurmu.
Ya ampun, lancang sekali ia menyebut kita pembantu? Edward benar-benar keterlaluan, menyerahkan kunci kepada gadis tidak tahu sopan santun ini.
Benar sekali, Edward pasti sudah tidak waras.
Sudah kubilang berkali-kali, agar kita saja yang menentukan pewaris kunci ini. Kalian tidak percaya.
Hei, hei, hei. Kakek, nenek, oma, opa, ayah, bunda tenang dulu. Suara berat itu tiba-tiba muncul di tengah-tengah ruangan. Berbarengan dengan sosoknya yang masih terekam jelas di ingatanku.
Aku benar-benar sedang mimpi buruk.
Setiap orang tiba-tiba maju kedepan dan mengeluarkan pendapatnya. Dan kembali, pandanganku semakin gelap.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

selamat berkurang umur

Roti Goreng Isi Coklat