saya dan kenyataan masa kini #1
Jujur, dari hati yang paling dalam, saya bersalah pada banyak orang pada masa silam. dan saya lebih bersalah lagi karena melewatkan banyak kesempatan untuk memperbaikinya. entah mereka merasa saya bersalah atau tidak, tapi saya bersalah. dalam arti sebenarnya.
saya meninggalkan begitu banyak cerita indah yang tidak selesai. dan saat mau memperbaikinya (bukan melanjutkannya) saya terbentur pada sebuah tembok tinggi bernama KENYATAAN dan PERUBAHAN. orang-orang berubah! mungkin mereka marah. tidak! mereka memang marah. pada cerita yang terlanjur saya buat dan menempatkan mereka sebagai pemeran utama. terutama pada saya yang memproduserinya.
dan buruknya saya, saya selalu meninggalkannya terbengkalai. tiba-tiba menghilang. dan begitu kembali, kondisi lapangan tidak lagi sama. mereka tidak membiarkan saya memperbaikinya. mereka menolak saya untuk minta maaf.
saya bersalah banyak pada kaum Adam. kaum yang begitu dekat dan mudah dekat dengan saya. entah karena pada dasarnya saya adalah maskulin yang terjebak dalam tubuh feminim, atau memang saya lebih mudah menyesuaikan diri dengan para maskulin.
tapi cerita saya, banyak bersama mereka.
dan tidak pernah ada ending-nya..
saya memang naive, atau memang Adam punya konsepsi lain pada konsep pertemana pria dan wanita. saya dengan lugunya menganggap bahwa tidak ada batasan dan aturan dasar bahwa pria dan wanita yang berteman tidak mungkin hanya sekedar teman. tapi akan menjadi mantan teman a.k.a. pacar
jadi begitu mereka bubaran jadi teman, atau terpisah lama dari hubungan pertemanan, dan si wanita kembali mencari teman prianya yang dulu dan berharap masih bisa menjalin pertemanan dengan status sudah punya gandengan, urusan jadi berbeda.
atau memang saya yang kelewat naive?
berharap semua masih baik-baik dan sama seperti dulu?
ketika saya dan teman-teman saya dari kaum Adam bisa makan bareng berdua, ngobrol berdua, jalan berdua, dalam status teman tanpa harus berfikir bahwa kamu sudah berdua dan saya juga, jadi kamu dan saya tidak lagi boleh jalan berdua?
atau kah memang seperti itu hukum orang dewasa?
dan saya masih terjebak pada pola pikir anak remaja?
sulit untuk saya mencernanya.., karena saya masih berharap, semua masih sama dan baik-baik saja.
Komentar
Posting Komentar