Postingan

Perempuan dan Jakarta

 Tangguh dan hebat.  Begitulah tangkapan saya pada perempuan-perempuan yang mampu hidup dan selamat menjalani serta melanjutkan kehidupan mereka di Jakarta. Ibukota Negara Indonesia. Sebuah kota metropolitan yang nyaris tidak pernah tidur. Macet adalah makanan mereka setiap hari. Begitu halnya dengan polusi dan jam sibuk. Vitamin. Perempuan-perempuan tangguh ini bekerja dan bangun (kadang-kadang lebih) larut. para perempuan yang bekerja “ganda”. Pekerjaan sepanjang hidup sebagai seorang istri dan ibu, dan pekerjaan sampingan yang menuntut lebih banyak waktu sebagai pegawai. Para perempuan tangguh yang bangun lebih pagi dari kokok ayam jantan. Dan pulang lebih malam nyaris sama dengan jam selesainya operasi bus trans. 5 hari dalam seminggu. Perempuan tangguh yang mampu bertahan dalam cepatnya derap waktu kota megah ini. Yang perubahannya melesat seiring laju pertumbuhan ekonomi. Tak peduli mereka berlari kehabisan napas atau merangkak terseok. Tapi perempuan tak a

Sampai Kapan

kapan kamu tahu perjalananmu akan berakhir? kapan petunjuk tanda "finish" itu akan terlihat apakah akan ada tandanya?  ataukah kamu harus mengira-ngira? apakah perjalanan ini termasuk dalam peta hidupMu Tuhanku? apakah setiap keputusan dalam diri juga ada dalam jalan hidup yang Engkau tentukan? jika iya, maka tidak memutuskan pun menjadi pilihanMu? atau aku?  bisakah kuserahkan semua keputusan padaMu? atau memang harus kepasrahkan dan kuperyakan diriku padaMu? sang pemiliki hati dan jiwa ini dan beritahu aku ketika tanda itu seharusnya kulihat dan beritahu aku jika tanda itu sulit dilihat apakah aku harus menunduk? atau menengadah? ijinkan aku melihatnya sampai aku tahu saat untuk berhenti. 

one day trip to Gunung Padang

Gambar
7 Oktober 2017. GUNUNG PADANG view dari Teras Kedua Dimulai dengan drama jam 7 pagi ketika mas Alan tidak datang-datang juga ke lokasi meeting point sementara penumpang lain sudah tumbuh tanduk dan hampir komplen minta kamu ditinggal. sampai akhirnya kamu datang ngos-ngosan dan mobil elf pun jalan dan saya tinggal tidur. Sabtu kemarin, saya, mas Alan, mbak Chin dan Brandon (seorang teman dari California yang pernah belajar di Realia dan sedang sekolah di Jakarta) memulai one day trip kami ke Sukabumi, tepatnya Gunung Padang yang pernah populer sekali dengan penemuan batu batu besar yang berserakan di puncaknya dan menjadi pro kontra atas asal usulnya hingga saat ini. kami bergabung bersama ranijourney.  perjalanan panjang dengan macet hampir 2 jam di kawasan puncak. yang bikin saya mati gaya. kebetulan, karena kami berempat hitungannya datang telat, kami mendapat tempat duduk paling belakang. 4 orang dengan 2 laki-laki berbadan besar. perjalanan panjang itu akhirnya is

Hobi Kopi

Buat saya, kopi adalah kebiasaan. kebiasaan yang ketika tidak kamu lakukan, maka akan menimbulkan dampak dampak meresahkan. seperti ada sesuatu yang hilang. kalau pada diri saya, dampak yang terjadi adalah pusing dan lidah seperti ada yang kurang. beberapa tahun belakangan ini, kopi menjadi selebritis dunia yang dielu elukan hampir di jagad dunia. mulai dari coffee shop dengan lapak terlihat maupun coffee shop yang hanya menerima pesanan melalui Go-Food. selebritas ini lahir dengan berbagai macam nama. Sagaleh, Animo, Tuku, Kalima, dan macam macam lainnya dengan predikat yang sama kopi kekinian. sejauh ini, rasanya sama. tetap terbuat dari biji kopi. hanya campurannya yang berbeda beda. ada yang creamy sekali, ada yang flat sekali rasanya, ada yang terlalu manis, ada yang terlalu pahit, ada yang cocok di lidah saya, ada yang biasa saja. tapi ditengah kopi kekinian itu semua, saya tetap lebih suka kopi bikinan sendiri. takarannya sudah pas dengan jari saya dan lidah saya. haha.

to tie the know

saya mau menuliskan tentang pernikahan. sebuah kata sakral yang menghantui saya selama beberapa waktu terakhir ini. dulu, ketika saya masih tinggal bersama orangtua, di komplek, saya sering mendengar orang orang tua berbicara tentang anak-anak mereka yang akan menikah. "sudah lulus sekolah, sudah sama-sama bekerja, mau apalagi sih?" jadi kesan yang tertanam dalam diri saya saat itu, once kamu bekerja dan punya penghasilan sendiri, kamu bisa menikah. itu batasannya. ya, dan sekarang saya berada pada batasan itu. saya sudah lulus kuliah, saya sudah bekerja dan alhamdulillah bisa membiayai hidup saya sehari sehari sendiri dan dalam usia yang (sebenarnya) pantas untuk menikah. tapi yang saya justru sadari sebagai seorang perempuan yang sudah cukup matang, ada banyak hal yang justru muncul sebagai batasan untuk memutuskan menikah. atau setidaknya batasan itu muncul dari dalam diri saya sendiri. menikah, bukan hanya persoalan seorang perempuan berumur matang dan sudah b

Empat

Tidak ada hal lain yang diinginkan Daniel kecuali sampai di rumah dan memastikan keadaan Sara. Ia tidak pernah meninggalkannya selama ini. Dan ia begitu khawatir. Emosinya sudah teredam. Tergantikan dengan cemas mendalam. Begitu sampai di garasi mobilnya, Daniel bergegas keluar. Ia sedikit lega karena sepeda motor Sara ada di dalam garasi juga, dan itu berarti gadis itu ada di rumah. Tapi lampu rumah masih semuanya menyala. Bahkan ruang tamu dan ruang tivi. Sa? Saraaa? Panggilnya. Jam 7 pagi dan biasanya Sara sudah pindah tidur di depan televisi. Dengan segelas milo panas. Tidak ada sahutan. Daniel segera menuju kamar Sara. Tidak terkunci. Dibukanya perlahan pintu itu. Ia menarik napas lega. Gadisnya tengah tertidur nyaman membelakanginya. Daniel tersenyum, menyenderkan tubuhnya ke kusen kayu pintu. Dibalik kemarahannya, ia tidak memungkiri rasa kangennya teramat besar pada istrinya. Ingin sekali ia memeluknya sekarang juga. Melompat ke tempat tidur dan memeluk erat Sa

Backpacker Trip To South Korea

Gambar
Ok, sebenernya enggak sepenuhnya backpacker karena kami bawa tas punggung dan koper ukuran besar. Tapi kita berusaha untuk menjadikan trip ini low budget trip seperti halnya para backpacker. Jadi, akhirnya perjalanan yang dimulai persiapan beli tiketnya dari satu tahun lebih 2 bulan sebelumnya ini (November 2015) akhirnya terwujud. 1 tahun yang sebenernya enggak terlalu berasa lama. Karena tiba-tiba kita sudah dihadapkan pada keberangkatan yang tinggal menghitung hari. Saya, Mbak Chin dan Thasia, bertiga kita akhirnya berangkat ke Korea Selatan dengan menumpang Air Asia. Perjalanan dimulai dari Jakarta pukul 4 sore menuju KL dan dilanjutkan lagi pukul 1 malam menuju Incheon International Airport. Perjalanan nyaris nekad ini, karena pertama, kita bertiga perempuan yang belum pernah sama sekali pergi ke Korea Selatan, kedua ini adalah musim dingin dimana informasi sebelumnya suhu udara mencapai minus 10 derajat. Lol Segalanya berjalan mulus sampai akhirnya kami mendarat