mas
mimpi adalah bunga tidur.
tidak ada yang bisa menebak malam ini kita mau mimpi apa.
tapi saya memiliki arti mimpi adalah imajinasi. saya berimajinasi saat akan tidur dan saya namakan mimpi. walaupun akan terhenti begitu saya tertidur dan hilang kendali atas alam bawah sadar saya.
saat berimajinasi, kita bisa melakukan apa saja, bertemu siapa saja, dan jadi apa saja. bebas. namanya juga imajinasi, kan?
tapi dari sekian banyak kesempatan untuk menjadi apapun itu namanya, dari sekian banyak kebebasan memilih, saya selalu terjebak pada karakter seorang adek dari kakak laki-laki.
sejak dulu, entah kenapa saya selalu pengin punya kakak laki-laki. berapapun jumlahnya. itu mungkin salah satu alasan kenapa saya dan kakak perempuan saya jadi sering berantem dulu. karena keinginan kami berbeda. saya kepengin kakak laki-laki, dia kepengin adik laki-laki. kecocokan dan ketidakcocokan, kan?
untuk saya, punya kakak laki-laki menjadi semacam obsesi dan menimbulkan hal negatif.
ketika saya punya pacar, kadang saya selalu memposisikan dia sebagai seorang kakak. dan jelas, peran kakak berbeda sekali dengan peran seorang pacar. kakak melindungi, menyayangi tanpa minta balasan. pacar otomatis adalah hubungan timbal balik. dan ego pacar jauh lebih besar daripada ego seorang kakak.
dan ini jadi makin buruk ketika partner saya justru punya adik perempuan.
obsesi ini semakin membuat saya tidak nyaman. karena saya jadi cemburu dengan adiknya. cemburu yang dikarenakan ketidakmampuan saya mendapatkan itu. ketidakmilikan saya akan seorang kakak laki-laki.
dan sekarang saya semakin tidak nyaman dengan perasaan ini.
dan saya hanya bisa melampiaskannya pada mimpi.
saya tidak mungkin bilang pada partner saya.
belum.
saya bingung bagaimana bilangnya.
tidak ada yang bisa menebak malam ini kita mau mimpi apa.
tapi saya memiliki arti mimpi adalah imajinasi. saya berimajinasi saat akan tidur dan saya namakan mimpi. walaupun akan terhenti begitu saya tertidur dan hilang kendali atas alam bawah sadar saya.
saat berimajinasi, kita bisa melakukan apa saja, bertemu siapa saja, dan jadi apa saja. bebas. namanya juga imajinasi, kan?
tapi dari sekian banyak kesempatan untuk menjadi apapun itu namanya, dari sekian banyak kebebasan memilih, saya selalu terjebak pada karakter seorang adek dari kakak laki-laki.
sejak dulu, entah kenapa saya selalu pengin punya kakak laki-laki. berapapun jumlahnya. itu mungkin salah satu alasan kenapa saya dan kakak perempuan saya jadi sering berantem dulu. karena keinginan kami berbeda. saya kepengin kakak laki-laki, dia kepengin adik laki-laki. kecocokan dan ketidakcocokan, kan?
untuk saya, punya kakak laki-laki menjadi semacam obsesi dan menimbulkan hal negatif.
ketika saya punya pacar, kadang saya selalu memposisikan dia sebagai seorang kakak. dan jelas, peran kakak berbeda sekali dengan peran seorang pacar. kakak melindungi, menyayangi tanpa minta balasan. pacar otomatis adalah hubungan timbal balik. dan ego pacar jauh lebih besar daripada ego seorang kakak.
dan ini jadi makin buruk ketika partner saya justru punya adik perempuan.
obsesi ini semakin membuat saya tidak nyaman. karena saya jadi cemburu dengan adiknya. cemburu yang dikarenakan ketidakmampuan saya mendapatkan itu. ketidakmilikan saya akan seorang kakak laki-laki.
dan sekarang saya semakin tidak nyaman dengan perasaan ini.
dan saya hanya bisa melampiaskannya pada mimpi.
saya tidak mungkin bilang pada partner saya.
belum.
saya bingung bagaimana bilangnya.
Komentar
Posting Komentar