dia-yang-menjadi-bayang-bayang
jarang sekali saya bersedia bicara tentang laki-laki. apalagi tentang dia. karena sekali terucap kata dia, dan bagai sebuah arus air bah, seluruh kalimat, cerita, curhatan, dan isi hati bisa keluar tanpa bisa di rem. seperti banjir bandang yang merusak dan tidak perduli siapapun yang mendengar dan pasang badan, cerita akan terus berlari hingga berhenti pada satu titik yang juga ngambang. merusak dan mengambang. menyisakan cerita yang tidak selesai. cerita yang belum selesai. seperti sekarang. ketika saya memutuskan untuk mulai bercerita tentang cerita yang belum selesai, untuk saya. cerita tentang dia, yang selama ini menjadi bayang-bayang saya, yang menjadi tanda kurung atau koma, yang saya simbolkan dengan angin. kenapa angin? angin selalu bisa dirasakan. dimanapun saya berada. pagi, siang, malam, sore, hujan, panas, dingin, kering, salju, apapun kondisinya. dengan siapapun saya sedang bersama. saya selalu merasakan angin. kadang mengelus mesra tubuh, kadang menyentil per...